Berapa Harga IPhone 17 Pro Max? Ini Bocorannya
Font Terkecil
Font Terbesar
Kebijakan tarif impor resiprokal oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump berpotensi pada sektor teknologi global saat ini. Kenaikan tarif diprediksi akan memengaruhi beberapa barang konsumen termasuk, harga produk Apple yakni iPhone 17 Pro Max terbaru.
Mengutip media Reuters, Rosenblatt Securities memproyeksikan lonjakan yang signifikan dari harga iPhone 17 Pro Max varian 1TB. Harga ponsel tersebut diperkirakan mencapai US$2.300 atau sekitar Rp38,09 juta dengan kurs Rp16.560 per dolar.
Kenaikan harga ini merupakan akibat langsung dari kebijakan tarif yang menargetkan produk buatan Cina dan sekitarnya. Negara-negara seperti Vietnam, India, Taiwan, dan Cina menjadi target utama dalam kebijakan tarif baru Amerika tersebut.
Analis terkemuka Ming-Chi Kuo menjelaskan Apple perlu mempercepat relokasi produksi ke India dan Vietnam segera mungkin. Langkah tersebut dinilai penting untuk menjamin stabilitas ketersediaan iPhone 17 di pasar Amerika Serikat mendatang.
Ming-Chi Kuo menyebutkan Apple bisa kehilangan keuntungan sebesar 8,5–9% jika tak segera melakukan strategi. Angka kerugian ini cukup besar dan tentu menjadi perhatian utama bagi para investor dan pemegang saham.
Tahun 2025, sekitar 15% produksi iPhone global diperkirakan akan dilakukan di India secara bertahap. Jumlah itu meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya berkisar 10 hingga 12 persen total produksi perusahaan.
Jika India dan Vietnam mendapat pengecualian tarif dari AS, Apple bisa menekan kerugian tanpa menaikkan harga. Kuo memperkirakan margin kotor Apple masih bisa bertahan di angka 5,5 hingga 6 persen secara keseluruhan.
Jika pemindahan produksi ke India berjalan dengan baik, Apple mungkin bisa meningkatkan proporsi produksi hingga 30 persen. Walau demikian, margin kotor perusahaan tetap tertekan dan diprediksi hanya akan mencapai 1 sampai 3 persen saja.
Sampai saat ini, belum ada kepastian mengenai waktu penerapan kebijakan pembebasan tarif oleh pemerintah Amerika. Apple disebut sedang mempercepat pemindahan produksi dari Cina guna memenuhi permintaan domestik dari Amerika Serikat.(*)