
Rupiah Anjlok, BI Tetap Jaga Stabilitas Nilai Tukar
0 menit baca
Nilai tukar rupiah menembus level Rp17.059 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Minggu (6/4/2025). Melansir laman Refinitiv, ini merupakan posisi terendah rupiah terhadap dolar AS sepanjang sejarah.
Berbagai kalangan menyebutkan salah satu penyebab jatuhnya rupiah adalah kebijakan Presiden AS Donald Trump terkait tarif impor resiprokal. Produk-produk Indonesia yang akan masuk ke AS, misalnya dikenakan bea masuk atau tarif impor sebesar 32 persen.
Menanggapi kebijakan tarif timbal balik itu, Bank Indonesia (BI) menyatakan tetap berkomitmen menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Hal itu disampaikan Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, melalui keterangan pers yang dikutip Minggu (6/4/2025).
"Ini dilakukan terutama melalui optimalisasi instrumen triple intervention," ujarnya. Yaitu intervensi di pasar valas pada transaksi spot dan DNDF, serta SBN di pasar sekunder.
Menurut Denny, hal tersebut bertujuan untuk memastikan kecukupan likuiditas valas untuk kebutuhan dunia. "Selain itu untuk menjaga keyakinan pelaku pasar," ucapnya.
BI juga akan terus memantau perkembangan pasar keuangan global pasca-kebijakan tarif impor ke AS tersebut. "Apalagi, imbal hasil (yield) obligasi Pemerintah AS (US Treasury) jatuh ke level terendah sejak Oktober 2024," kata Denny.(*)